Kamis, 12 Robiul Awwal 1445 H atau bertepatan
dengan tanggal 28 September 2023 M Pimpinan Daerah Muhammadiyah kabupaten
Tanggamus Mengadakan Dialog Idiologi Politik dan Organisasi (Idiopolitor) Serta
Rapat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Rapimda) yang di ikuti Pleno PDM Tanggamus,
Ketua dan Sekretaris UPP Muhammadiyah Tingkat Daerah ( Majlis dan Lembaga ), Ketua
dan Sekretaris Organisasi Otonom Tingkat Daerah, Ketua dan Sekretaris Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Se-Tanggamus
Hadir Sebagai narasumber Prof. Dr. Sudarman. M.Ag., Drs. Fauzi Fatah. MM Drs. Ma’ruf Abidin. M.Pd. I yang merupan Unsur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Lampung.
Dalam materi Idiologi
Muhammadiyah Prof. Dr. Sudarman, M.Ag mengatakan :
Ideopolitor (Ideologi,
Politik, dan Organisasi) adalah upaya yang harus terus dilakukan karena
bersifat sangat penting sebagai ikhtiar konsolidasi ideologis. Elemen ini harus
terus didialogkan kepada para pimpinan agar memiliki alam pikiran dan gerakan
yang selaras dalam hal ideologi, politik, dan organisasi. Hal ini diperkuat
agar gerakan Muhammadiyah tidak centang perenang. Baik centang perenang
fikirannya dan centang perenang dalam gerakannya dalam ketiga hal tersebut.
Ideologi merupakan hal yang
tidak bisa dilepaskan dari politik. Kehidupan politik sangat berpengaruh
terhadap beragamnya ideologi. Namun hal yang tidak mudah adalah mencari yang
distingtif/ identitas khas dari pandangan pola pikir Muhammadiyah itu sendiri
dibandingkan dengan yang lain. Membedakan bukan dengan makna harus saling
bermusuhan atau bernegasikan. Distingsi menjadi penting agar tau posisi diri
dan peran yang harus kita lakukan. Memahami distingsi juga menjadi penting
untuk memahami dalam mengimplementasikan Islam sebagi pondasi tujuan utama
Muhammadiyah. Ideologi dalam Muhammadiyah satu paket dengan pemahaman Islam itu
sendiri. Mengapa harus identitas khusus, karena semua umat Islam yang terbagi
menjadi berbagai macam gerakan masing-masing punya muara atau konteks dari
mulai klasik atau modern sebagai konsekuensi dari perjalanan sejarah dengan
kondisi sosiologis yang berbeda-beda.
Al-Qur’annya sama, Islamnya
juga sama, namun terbagi-bagi menjadi beberapa golongan yang dipengaruhi oleh
padangan para ulama mazhab. Selain itu ada penggalan pembaharuan yang lain
setelah masa awal pembaharuan tersebut. Yaitu dimulai dari Ibnu Taimiyah,
Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, hingga Kyai Dahlan. Dimulai dari kejatuhan Islam
lalu lahirlah Jamaludin al-Afgani yang kemudian jatuh kembali dengan berbagai
penjajahan. Setiap kelahiran Islam yang baru selalu tidak bisa dilepaskan dari
konteks sosiologi. Termasuk di Indonesia yang dimulai dari kehadiran Hindu yang
kemudian berubah menjadi mayoritas muslim tanpa konfrontasi berdarah menjadi
identitas wajah Islam Indonesia.
Menjadi tidak aneh jika di
setiap negara wajah Islam dalam hal ideologi berbeda. Sesuatu yang jarang
diungkap adalah kontruksi pemikiran Islam di masa Nabi Saw seperti apa.
Muhammadiyah lahir untuk berupaya untuk kembali berpondasikan pada kontruksi
pemikiran Islam awal yang dikontekstualisasikan pada masa kini. Dalam
ikhtiarnya Muhammadiyah hadir merupakan sesuatu gerakan yang tak lazim saat
itu. Ketidaklazimannya menurut Cak Nur, karena Kyai Dahlan melakukan
pembaharuan yang melompati zaman.
Mengapa demikian, karena Kyai
Dahlan mampu menafsirkan al-Manar dan mampu mengambil metode baru. Prof Mukti
Ali menambahkan bahwa pembaharuan Dahlan unik karena berbeda dengan yang
dilakukan oleh para pembaharu sebelumnya seperti yang dibandingkan oleh
Ibnu Taimiyah dan lainnya. Perbedaannya, Dahlan yaitu pertama mampu melahirkan
institusi gerakan modern dalam bentuk organisasi. Kedua, melahirkan gerakan
perempuan yang hadir ke ruang publik.
Namun sangat berbeda jika merujuk pada
penulis-penulis Muhammadiyah masa awal menunjukkan bahwa pembaharuan
Muhammadiyah sama dengan pembaharu-pembaharu sebelumnya dalam bentuk ar-Ruju’ ilal Qur’an wa Sunnah dan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar semata. Namun sesungguhnya ada yang luput ditulis dari para penulis
Muhammadiyah awal yang juga sebagai distingsi dengan pembaharu yang lain
meskipun beberapa hal memang sama. Jika hanya sama dengan yang lain, masalah
pasti terjadi, ketika alat untuk memahami terhadap Al-Qur’an dan Sunnah secara
terbatas yang hanya dibatasi pada alat masa lalu. Namun secara bersamaan dengan
itu kita dihadapkan dengan konteks yang berbeda ketika zaman terus berubah.
Kyai Dahlan adalah sosok kyai yang memahami dalil-dalil Naqli dengan sederhana
namun begitu mendalam. Hal tersebut menjadi landasan hingga memikirkan
bagaimana seharusnya cara mengamalkannya.
Sebagaimana telah diulas di
atas, sebenarnya gerakan Kyai Dahlan juga memiliki aspek revivalisme seperti
yang lain. Misalkan beliau tidak setuju berlebihan terhadap kuburan. Namun di
saat yang sama tidak setuju pula dengan cara menghancurkan berbagai hal telah
ditinggalkan masa lalu. Termasuk menghancurkan kuburan tersebut. Itulah mengapa
Muhammadiyah sebenarnya sama sekali tidak melarang warganya untuk berziarah ke
kubur. Karena sesungguhnya hal tersebut termasuk sunnah Nabi Saw. Salah satu
buktinya adalah Nabi Saw pernah memberikan tuntunan adab dalam memasuki
kuburan. Selain itu menjadi yang contoh lain yang sangat terkenal adalah ketika
Kyai Dahlan menafsirkan surat Al-Ma’un dan Al-‘Ashr.
Sebagaimana juga telah disebutkan di atas, ketika
menafsirkan peran gender dalam Islam, Kyai Dahlan bersama dengan Nyai Dahlan
melahirkan gerakan perempuan. Seluruh gerakan Muhammadiyah itu dilandasi oleh
teologi Islam. Ayat yang menjadi inspirasi Muhammadiyah bukan hanya Ali Imron
104 tapi juga 110 yang menekankan identitas umat terbaik. Umat terbaik itu
bukan hanya tawasuth saja, akan tetapi
umat wasatan itu juga menjadi saksi bagi kehidupan.
Tafsir Muhammadiyah kekinian
inilah yang melahirkan pandangan Muhammadiyah tentang negara Pancasila sebagai
Darul ‘Ahdi wa Syahadah. Inilah yang juga jika seandainya dibandingkan dengan
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) itu lahir berdasarkan ideologi dan teologi
dari gerakan cinta kasih yang bergabung dengan pemahaman Marxisme. Itulah
mengapa para LSM itu dalam perjalanan negara selalu dalam posisi sebagai
oposisi penguasa.
Muhammadiyah juga bukan hanya purifikasi, akan
tetapi juga dinamisasi dengan al-Islah al-Islam.
Semangat tajdid mengembalikan pada tempatnya, menghidupkan sunnah Nabi Saw yang
ditinggalkan. Muhammadiyah juga disebut sebagai gerakan reformis modernis
dengan makna memperbaharui dan mentransformasikan Islam. Kuntowijoyo menyebut
Muhammadiyah gerakan Liberasi, humanisasi, dan transedensi. Muhammadiyah kuat
pada teologi amaliah yang melembaga. Seperti PKU, Panti Asuhan yang melakukan
pembebasan kepada semua tanpa batas agama.
Hingga saat ini, Muhammadiyah
satu-satunya di dunia gerakan Islam yang memiliki ribuan amal usaha. Inilah
menjadi distingsi dengan yang lain. Melalui sejarah dan perjalanan tersebut
Majelis Tarjih dan Tajdid kemudian melahirkan bayani, burhani, dan ‘irfani
sebagai pondasi dasar dalam Ijtihad yang sebenarnya telah dimulai oleh Kyai
Dahlan. Nilai-nilai dasar ini juga telah tertuang dalam MKCH poin kedua yang
menjadikan Muhammadiyah tidak pada posisi Khawarij atau Muktazilah. Oleh karena
itu, maka bacalah apa yang ditinggalkan oleh produk-produk resmi Muhammadiyah
sebagai ideologi resmi Muhammadiyah.
Di Lanjutkan Materi ke Dua tentang Politik Muhammadiyah Drs. Fauzi Fatah. MM Mengatakan
Islam tidak bisa dilepaskan oleh politik. Dalam
konteks sitem politik, Muhammadiyah berpandangan bahwa sistem politik bukanlah
yang qath’i, tapi bersifat Ijtihadi. Khalifah
di dalam Al-Qur’an yang sebenarnya disebut sebagai wakil Allah lalu kemudian
sebagian kelompok merubahnya menjadikan sebagai satu sistem politik. Menjadi
keliru jika sistem politik dijadikan sebagai sesuatu yang mutlak. Politik tidak
semua menjadi prinsip, karena termasuk perkara mu’amalah
dunyawiyah. Maka terbuka dan luweslah yang lebih besarlah dalam hal
ini sebagaimana kaidah ushul “segala sesuatu adalah boleh kecuali yang
diharamkan”. Demikian halnya pula pada persoalan ekonomi dan urusan dunia
lainnya. Kemajuan menjadi lambat karena terlalu banyak gerakan revivalisme saat
ini.
Dalam konteks politik praktis
kekuasaan, mengapa Muhammadiyah tidak mengambil jalur politik praktis, karena
dalam sejarahnya gerakan Islam ketika masuk pada ranah ini seringkali mengalami
kekalahan. Namun Muhammadiyah juga tidak anti politik. Jika ada kader
Muhammadiyah masuk dalam politik kekuasaan, maka gunakanlah cara-cara
Muhammadiyah dalam politik kekuasaan. Jangan menggunakan menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan kekuasaan dalam politik yang seluruhnya bersifat
temporer atau sangatlah sementara. Muhammadiyah juga berpandangan bahwa
mengurus politik dan mengurus umat sama halnya dengan berdakwah dengan muara
akhir yang sama.
Sementara Materi ke Tiga tentang Organisasi Muhammadiyah Drs. Ma’ruf Abidin. M.Pd. I Menyampaikan
:
Bagi Muhammadiyah
berorganisasi menjadi penting karena perintah dari agama. Organisasi bergerak
seperti organisme pada manusia. Organisasi perlu diberikan langkah-langkah
untuk terus bisa bertahan hidup. Ada empat cara agar organisasi tetap hidup.
Satu, beradaptasi atau kemampuan menyesuaikan diri. Seperti halnya kehadiran
Islam di nusantara yang beradaptasi dengan apa yang sudah ada. Maka Islam
Indonesia berwajah ramah dan bersahabat. Jika untuk saat ini, apakah sudah
seluruhnya urusan organisasi Muhammadiyah sudah beradaptasi dengan teknologi.
Apakah saat ini setiap gerakan organisasi apakah seluruhnya sudah
terdigitalisasi. Jangan sampai hanya urusan pribadi dalam bermedsos saja kita
begitu akrab dengan digital.
Kedua, organisasi akan mampu
bertahan jika disertai dengan kemampuan untuk mengintegrasikan diri. Jangan
sampai semua bergerak sendiri-sendiri. Termasuk kepada seluruh ortom sekalipun.
Semua harus tunduk dan patuh pada sistem, ideologi, dan bersama-sama bergerak
dalam dakwah untuk mencapai tujuan yang sama. Selain itu, Muhammadiyah hidup
yang terikat dalam ruang dan waktu. Muhammadiyah lahir pada bangsa yang sudah
ada. Pada saat itu terdapat begitu banyak gerakan-gerakan lain yang sudah hadir
hingga saat ini. Karena Muhammadiyah berada dalam sistem bangsa, maka
juga harus berkolerasi dan berkolaborasi juga dengan gerakan yang lain.
Ketiga, harus ada tujuan yang
akan tercapai. Setiap musyawarah dalam jenjang kepemimpinan Muhammadiyah
pastilah memiliki target. Jika tidak tercapai semua, maka ambil prinsip
prioritas. Itulah mengapa dengan tujuan seluruh elemen harus bergerak bersama
dalam mencapai tujuan yang sama tersebut. Jika ada yang menyimpang
langkah-langkahnya, maka ingatkan bersama-sama. Keempat, melakukan maintenance
dalam bentuk luwes, bijak, terkadang juga jenaka, dan butuh ketaktisan.
Muhammadiyah itu seperti
pesawat airbus yang sangat besar yang tidak bisa digunakan untuk banyak
bermanufer. Kita terkadang perlu luwes namun juga tegas. Selain itu, tidak lupa
sebagai pimpinan untuk banyak melakukan pelayanan umat. Namun dalam
Muhammadiyah jangan sampai ada pemimpin hanya larut pada pelayanan umat dalam
bentuk ceramah-ceramah saja. Namun juga harus membuat agenda strategis
perubahan. Jangan hanya sebagai orator yang pandai retorika namun tidak gigih
dalam memajukan dan melahirkan amal usaha.
Oleh karena itu, tujuan akhir Muhammadiyah adalah khoiru ummah. Khoiru Ummah harus terus diupayakan secara bertahap. Tidak mungkin umat terbaik itu akan dicapai dengan jalan instan. Umat terbaik dalam perspektif Islam adalah umat yang subur dengan pemikiran-pemikiran dan amal-amalnya. Sebagai pimpinan Muhammadiyah teruslah mengupdate pemikiran-pemikrannya. Jangan sampai Muhammadiyah sebagai gerakan itu kering para pemikir-pemikir Islamnya. Maka ke depan Muhammadiyah haruslah subur pemikiran-pemikiran dan amal-amalnya.
0 comments: